AKU BUKAN SUPERMAN

Foto saya
Mau pulsa murah? Ofan Cell Jl. Raya Pengasih-Sentolo (utara jembatan Derwolo baru) telp. 087839590463

Kamis, 16 Juli 2009

Pendidikan Gratis, Idealkah?


Setiap pelaksanaan kampanye (baik presiden, gubernur, hingga mungkin pemilihan RT) janji paling menarik adalah pendidikan gratis. Pendidikan gratis selalu menjadi komoditas laku jual untuk menggaet jumlah pemilih selain janji-janj lain tentunya. Hal ini wajar, karena pendidikan merupakan kebutuhan, dan bahkan hak mendapatkan pengajaran dijamin oleh undang-undang.
Di beberapa daerah, pendidikan minimal di tingkat dasar sudah digratiskan. Cukup menarik memang. Di saat harga segala kebutuhan melonjak tinggi, masih ada kebutuhan dasar yang gratis. Siapa sih yang tidak akan suka?
Namun, pernahkah Anda melihat sisi lain dari pendidikan gratis?
Ini adalah catatan perjalanan saya di sebuah daerah di negeri ini, yang pemerintah daerahnya sudah membebaskan biaya pendidikan. Sebut saja namanya Amir. Dia dari keluarga biasa, dengan tingkat perekonomian rata-rata penduduk sekitar. Amir duduk di satu-satunya SMP negeri di kecamatannya, di kelas 9.
Tiga hari menjelang pelaksanaan Ujian Nasional, saya bertemu dengan Amir. Dari sanalah cerita ini berawal. Saat sebagian besar teman-temannya sibuk mempersiapkan Ujian Nasional dengan belajar ekstra, Amir justru asyik bermain PS di tetangganya yang kebetulan menyewakan mesin game elektronik tersebut. Dari obrolan kami, ternyata Amir punya prinsip yang jauh di luar dugaan saya: Kalau sekolah gratis, kenapa harus repot, lulus nggak lulus kan tetap nggak bayar. Duh! Dan atas pengakuan Amir, prinsip teguh yang dipegangnya ternyata juga dipegang oleh beberapa temannya.
Saat saya tanyakan, kalau sampai tidak lulus terus bagaimana? Jawabannya juga lumayan mengagetkan, "Kalau tidak lulus gurunya juga malu. Besuk UN pasti dibantu deh!"
Semoga ini hanya sebuah kasus dan bukan potret sebagian besar mental orang Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar